Kita sejak kecil atau mungkin semenjak masuk islam kalimat laa ilaaha ilallah merupakan kalimat yang sering kita dengar dan kita ucapkan karena memang kalimat ini adalah kalimat pembuka bagi kita sebagai seorang muslim. Artinya tanpa persaksian terhadap kalimat ini kita bukanlah orang islam. Alhamdulillah kita semua telah mengucapkan kalimat ini sehingga kita sekarang benar-benar menjadi seorang muslim. Tapi satu hal yang perlu kita pertanyakan pada diri kita adalah apakah kita memang sudah paham ataukah nggak tahu sama sekali hakekat makna laa ilaaha ilallah yang kita ucapkan. Ironis memang diri kita ini. Di satu sisi kita sering mengulang-ulang kalimat ini tapi di sisi lain kita nggak paham apa yang kita ucapkan seperti kita makan nggak tahu apa maksudnya kita makan. Sehingga ucapan laa ilaaha ilallah tidak membekas atau tidak bermakna dalam hati kita sama sekali.
Sebagai pelajaran atau pengetahuan kita bersama akan salah satu syahadat kita tersebut, maka pada kesempatan kali ini kita angkat permasalahan ini. Belajar apa sih sebenarnya makna laa ilaaha ilallah ?
Ikutilah pembahasannya berikut…
Kalimat laa ilaaha ilallah pada dasarnya mengandung dua makna yaitu penafian (penolakan) dan penetapan. Yakni penolakan terhadap sesembahan (ilah) selain Allah dan menetapkan bahwa hanya Allahlah satu-satunya ilah yang berhaq disembah.
Sebagaimana Allah berfirman :
“ Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah” (Muhammad : 19)
Dari firman Allah mewajibkan kita kaum muslimin untuk mengetahui (mengilmui) akan makna laa ilaaha ilallah dan perkara ini harus kita dahulukan dibanding perkara-perkara lain dalam islam.
Rasulullah SAW bersabda :
“ Barangsiapa mengucapkan kalimat laa ilaaha ilallah dengan keikhlasan hati pastilah ia masuk surga.” (HR.Ahmad hadits Shahih)
Yang dimaksud Rasulullah sebagai orang yang ikhlas adalah orang yang memahami laa ilaaha ilalla, mengamalkannya, dan menyeru kepadanya sebelum menyeru kepada yang lainnya. Sebab kalimat ini mengandung tauhid (pengesaan Allah), yang karenanya Allah menciptakan alam semesta ini.
Tauhid yang benar kepada Allah SWT adalah Pengesaan Allah SWT dalam Rububiyah (Ketuhanan), bahwasanya hanya Allah yang menciptakan, mengatur alam ini, hanya Dialah yang memberi rezki kepada semua makhluk, hanya Dialah penguasa alam semesta, Raja segala raja, Atas pengetahuan kehendaknya dan izinlah sesuatu dapat terjadi, baik itu manfaan maupun mudhorat, tidak ada yang dapat memberikan manfaat dan mudharat kecuali Allah SWT. Dialah Allah yang mengetahui yang ghaib selainnya tidak ada yang mengetahui yang gaib. Syirik dalam perkara ini ketika meyakini ada dzat (sesuatu) baik itu malaikat, nabi, jin, wali, syaithan, manusia, patung, kuburan, pohon dan lain sebagainya memiliki sifat-sifat seperti yang kita sebutkan di atas. Karena yang memiliki sifat rububiyah hanya Allah SWT saja. Inilah pengtauhidan yang benar terhadap rububiyah Allah SWT. Sebagai contoh mempercayai dukun, jimat-jimat, ramalan nasib, khurafat dan takhayyul dsb.
Selanjutnya Pengesaan Allah SWT dalam Uluhiyahnya (Penghambaan). Bahwasanya hanya Allah saja yang berhak untuk disembah dan segala macam aktivitas ibadah hanya untuk Allah SWT saja. Baik itu ibadah hati seperti takut (khauf) hanya kepada Allah, Cinta (hubb) hanya untuk Allah, Tawakkal (penyandaran diri) hanya kepada Allah, Pengharapan (raja’) hanya kepada Allah. Keta’atan hanya kepada Allah (adapun kata’atan kepada yang lainya hanya mengikut) Doa (permohonan) hanya kepada Allah dan dalam berdoa (memohon) kepada Allah tidak membutuhkan perantara baik itu malaikat, nabi, jin, wali dsb. Niat hanya untuk Allah bukan karena selain Allah SWT. Ibadah badan seperti sholat, zakat, puasa, haji, berjihad, menuntut ilmu dan lain sebagainya hanya untuk Allah SWT saja. Ibadah lisan seperti dzikir, berda’wah dsbnya hanya untuk Allah saja. Syirik dalam hal ini adalah ketika memalingkan ibadah (baik ibadah hati, badan maupun lisan) kepada selain Allah. Sebagai contoh ketika kita berdoa (memohon) kepada nabi, kepada jin, kepada wali, kepada orang-orang shaleh yang sudah mati atau ghaib dan lainya maka berarti kita menyekutukan Allah dalam uluhiyahnya.
Ada hal yang perlu dipertegas dalam hal ini, bahwa dalam melaksanakan segala macam aktivitas ibadah tidak boleh keluar dari contoh dan petunjuk dari orang yang diutus oleh Allah SWT, bagi kita sekarang ini ibadah yang kita lakukan harus mengikuti (ittiba’ ) kepada rasulullah Muhammad SAW. Karena yang menetapkan dan yang menerima ibadah hanya ALLAH saja. Kita tidak diperkenangkan untuk kreatif (menambah ataupun mengurangi ibadah)
Tauhid yang selanjutnya yang perlu diketahui adalah tauhid dalam nama dan sifat Allah SWT. Maksudnya hanya Allah saja yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna dan kita menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah namakan dan sifatkan terhadap dirinya, baik yang terdapat dalam Al Qur’an maupun hadits rasulnya. Jumlah nama dan sifat-sifat Allah hanya Allah yang mengetahui jumlahnya. Adapun yang Allah memberitahukan kepada kita lewat kitabnya dan rasulnya ada 99 nama. Ini bukan berarti bahwa nama Allah SWT hanya 99. karena ada nama Allah yang tidak diberitahukan kepada manusia seperti yang disebutkan dalam hadits (doa untuk menghilangkan kesusahan). Nama dan sifat Allah SWT dibandingkan dengan nama dan sifat makhluknya hanya sama namanya adapun hakikatnya tidak sama karena Allah SWT tidak ada yang sama dan serupa dengannya. Dan dia maha mendengar dan maha melihat (Al Qura’an). Maka ketika ada orang yang mengaku perna melihat Allah SWT, maka pasti itu adalah dusta yang besar. Karena ketika mengaku melihat Allah pasti kita memisalkannya dengan sesuatu dan sekali lagi bahwa Allah tidak ada yang semisal dengannya. Maha suci Allah dari hal tersebut. Marilah kita senantiasa berupaya memurnikan tauhid kita kepada Allah karena tauhid adalah tujuan manusia di ciptakan, misi setiap rasul yang Allah utus ke dunia ini, jaminan untuk mendapatkan surga Allah SWT. Dan menjauhi segala bentuk kesyirikan kepadanya. Syirik adalah kedzoliman terbesar, Tidak akan diampuni dosanya dan akan kekal di neraka, amal ibadahnya tidak berguna sedikitpun di hari akhirat. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar