Kedudukan Rasa Malu
Malu adalah cabang dari cabang-cabang iman sebagaimana hal itu diriwayatkan di dalam sebuah hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam Maka barang siapa sedikit rasa malunya berkuranglah keimanannya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, Artinya, ”Rasa malu itu tidak datang melainkan dengan membawa kebaikan.” Dan di dalam satu riwayat Muslim: Artinya,”Rasa malu itu baik semuanya,” atau beliau bersabda, “Semuanya adalah baik”
Berkata Salman al Farisi, “Sesung-guhnya apabila Allah menghendaki kehancuran seorang hamba, maka Dia cabut rasa malu dari dirinya. Jika rasa malu telah tercabut darinya, maka ia tidak menemui Allah, melainkan di dalam keadaan terlaknat dan dimurkai”
Seorang penyair berkata,
“Maka demi Allah, tidak ada lagi kebaikan dalam kehidupan
Dan dalam dunia ini, …bila rasa malu telah pergi
Orang itu akan hidup dengan baik selagi memiliki rasa malu”
Sebagaimana ranting kayu akan lestari jika kulitnya masih abadi
Penyair lain berkata:
Sesungguhnya aku melihat
Bahwa orang yang tidak memiliki rasa malu
Dan tidak pula (memiliki) amanah
Ibarat orang telanjang ditengah-tengah manusia
Sebab-Sebab Rendahnya Rasa Malu
Rendahnya rasa malu (terutama pada wanita) disebabkan oleh banyak faktor, antara lain:
- Tidak adanya pendidikan secara serius semenjak kecil, karena orang yang terbiasa dengan sesuatu, pada masa mudanya akan terbawa terus hingga masa tuanya. Sesungguhnya ranting-ranting itu akan tegak lurus Manakala engkau meluruskannya (dimasa tumbuh) Namun ia tidak bisa diluruskan Ketika sudah menjadi kayu.
- Seringnya wanita bergaul dan berbincang-bincang dengan laki-laki ajnabi (yang bukan mahramnya).
- Seringnya bergaul dengan orang- orang yang sedikit rasa malunya atau seringnya melihat mereka. Hal ini bisa melalui acara melancong ke luar negeri, bertemu di pasar, pusat-pusat perbelanjaan atau tempat wisata, juga melalui media tontonan.
- Termasuk faktor yang terpenting juga adalah dan seringnya wanita ke luar rumah. Allah berfirman, Artinya, ”Dan berdiamlah kamu (istri-istri Nabi) di rumah-rumah kamu.” Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam juga bersabda, Artinya, ”Wanita itu adalah aurat.Sesungguhnya apabila ia keluar maka setan membuntutinya dan sesungguhnya dia tidak lebih dekat kepada Allah dibanding (ketika) ia berada di tengah-tengah rumahnya.” Juga sabdanya yang lain, Artinya, ”Janganlah kamu melarang istri-istrimu (mendatangi) masjid, sedang rumah-rumah mereka itu lebih baik bagi mereka.” (HR Ahmad dan Abu Dawud). Al Hafizh ad Dimyati berkata, “Ibnu Khuzaimah dan para ulama menyatakan bahwa shalat wanita di rumahnya lebih baik dibanding shalatnya di masjid, meskipun masjid, al-Haram Makah, masjid Nabawi Madinah atau masjid al Aqsha.
Marilah kita berusaha membuktikan persaksian kita bahwa Muhammad Shallallaahu alaihi wa Sallam adalah Rasulullah dengan cara mempercayai apa yang beliau kabarkan, menaati yang beliau perintahkan dan menjauhi semua yang beliau larang. Jangan sampai kita menyalahi perintahnya karena mengikuti hawa nafsu atau karena pengaruh seseorang atau karena sebab-sebab lain. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman, Artinya, ”Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah rasul takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa azab yang pedih.” (an Nur 63). Sumber: Nasyrah Darul Wathan Riyadh “al ghairah wal haya’ terjemah Agus Hasan Bashori dengan sedikit penyesuaian dari redaksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar