Minggu, 06 Januari 2013

Perbedaan Antara Ramalan Dan Mimpi

Assalamualaikum wr wb
Apakah perbedaan antara ramalan dengan tabir mimpi ? Bukankah Nabi Yusuf a.s mengartikan mimpi seorang Raja, Ibunda Nabi Muhammad SAW pun juga pernah bermimpi pada saat kehamilan Beliau, dan masih banyak lagi tentang mimpi-mimpi yang diartikan. Apakah mengartikan mimpi itu bukan suatu ramalan ? Bagaimana dengan ramalan cuaca?
Wassalam
-------------
Jawaban: 
-------------
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,

Istilah ramalan cuaca memang kurang tepat, sebab sama sekali tidak terjadi ramalan. Yang terjadi justru perhitungan matematis dan terukur secara pisik dan menggunakan ilmu dan teknologi. Istilah yang tepat adalah prakiraan cuaca, bukan ramalan.

Sedangkan mimpi, hukumnya bisa beragam. Bagi para nabi dan rasul, mimpi mereka umumnya adalah sarana wahyu dari Allah SWT. Meski tidak selalu bisa dipastikan demikian. Bukankah dahulu ketika Nabi Ibrahim bermimpi menyembelih anaknya, beliau pun masih perlu melakukan konfirmasi kepada Allah SWT. Sebab beliau masih takut jangan-jangan mimpi itu hanya datang dari syetan.

Maka tatkala anak itu sampai berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis, Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(QS. As-Shaaffaat : 102)

Sebagian dari mimpi manusia pun bisa menjadi ilham atau petunjuk yang bersifat subjektif bagi dirinya atau orang lain. Misalnya seseorang melakukan shalat istikharah untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT atas pilihan yang ada. Bisa saja Allah SWT memberikan petunjuk melalui mimpi-mimpi.

Namun sama sekali tidak mungkin bila manusia biasa bermimpi yang materinya berupa aturan baku yang formal tentang syariat. Sebab yang berhak mendapatkan mimpi berupa syariat hanyalah para nabi dan rasul saja. Karena manusia yang dipilih Allah untuk menyampaikan syariat hanyalah nabi dan rasul. Bahkan ketika Umar bin Al-Khattab bermimpi tentang azan untuk memanggil manusia untuk shalat, azan tidak lantas begitu saja disyahkan sebagai syariat sebelum Rasulullah SAW memastikannya dan meresmikannya.

Dan sebagian mimpi lainnya tidak lebih dari bunga tidur, bahkan mungkin saja datang dari syetan. Misalnya mimpi buruk. Oleh Rasulullah SAW, bila seseorang mendapatkan mimpi buruk, hendaknya berta`awuz, membaca surat Al-Falaq dan An-Nas serta berlindung kepada Allah SWT.

Sedangkan ramalan itu biasanya dilakukan oleh dukun, tukang tenung atau ahli sihir yang mendapat bisikan halus dari syetan atau jin. Sumbernya adalah informasi yang mereka curi dari langit lalu ditambahkan dengan kebohongan.

kecuali syaitan yang mencuri-curi yang dapat didengar lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.(QS. Al-Hijr : 18)

Mendatangi peramal tanpa mempercayainya sudah termasuk perbuatan musyrik, meski hanya main-main. Apalagi mempercayainya. Jelas lebih berat dosa syiriknya.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar