Assalamualaikum wr wb
Apakah perbedaan antara ramalan dengan tabir mimpi ?
Bukankah Nabi Yusuf a.s mengartikan mimpi seorang Raja, Ibunda Nabi Muhammad
SAW pun juga pernah bermimpi pada saat kehamilan Beliau, dan masih banyak lagi
tentang mimpi-mimpi yang diartikan. Apakah mengartikan mimpi itu bukan suatu
ramalan ? Bagaimana dengan ramalan cuaca?
Wassalam
-------------
Jawaban:
-------------
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala
sayyidil mursalin, wa ba`du,
Istilah ramalan cuaca memang kurang tepat, sebab sama sekali
tidak terjadi ramalan. Yang terjadi justru perhitungan matematis dan terukur
secara pisik dan menggunakan ilmu dan teknologi. Istilah yang tepat adalah
prakiraan cuaca, bukan ramalan.
Sedangkan mimpi, hukumnya bisa beragam. Bagi para nabi dan
rasul, mimpi mereka umumnya adalah sarana wahyu dari Allah SWT. Meski tidak
selalu bisa dipastikan demikian. Bukankah dahulu ketika Nabi Ibrahim bermimpi
menyembelih anaknya, beliau pun masih perlu melakukan konfirmasi kepada Allah
SWT. Sebab beliau masih takut jangan-jangan mimpi itu hanya datang dari syetan.
Maka tatkala anak itu sampai berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".Tatkala keduanya
telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis, Dan Kami
panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi
itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik.(QS. As-Shaaffaat : 102)
Sebagian dari mimpi manusia pun bisa menjadi ilham atau
petunjuk yang bersifat subjektif bagi dirinya atau orang lain. Misalnya
seseorang melakukan shalat istikharah untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT
atas pilihan yang ada. Bisa saja Allah SWT memberikan petunjuk melalui
mimpi-mimpi.
Namun sama sekali tidak mungkin bila manusia biasa bermimpi
yang materinya berupa aturan baku yang formal tentang syariat. Sebab yang
berhak mendapatkan mimpi berupa syariat hanyalah para nabi dan rasul saja.
Karena manusia yang dipilih Allah untuk menyampaikan syariat hanyalah nabi dan
rasul. Bahkan ketika Umar bin Al-Khattab bermimpi tentang azan untuk memanggil
manusia untuk shalat, azan tidak lantas begitu saja disyahkan sebagai syariat
sebelum Rasulullah SAW memastikannya dan meresmikannya.
Dan sebagian mimpi lainnya tidak lebih dari bunga tidur,
bahkan mungkin saja datang dari syetan. Misalnya mimpi buruk. Oleh Rasulullah
SAW, bila seseorang mendapatkan mimpi buruk, hendaknya berta`awuz, membaca surat
Al-Falaq dan An-Nas serta berlindung kepada Allah SWT.
Sedangkan ramalan itu biasanya dilakukan oleh dukun, tukang
tenung atau ahli sihir yang mendapat bisikan halus dari syetan atau jin.
Sumbernya adalah informasi yang mereka curi dari langit lalu ditambahkan dengan
kebohongan.
kecuali syaitan yang mencuri-curi yang dapat didengar lalu
dia dikejar oleh semburan api yang terang.(QS. Al-Hijr : 18)
Mendatangi peramal tanpa mempercayainya sudah termasuk
perbuatan musyrik, meski hanya main-main. Apalagi mempercayainya. Jelas lebih
berat dosa syiriknya.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar