Assalamu'alaikum
Adik saya sejak setahun ini ikut jama'ah X. Sikapnya sungguh
sangat meresahkan keluarga. Banyak tindakannya yang mengundang pertentangan.
Dia menyatakan bahwa semua muslim harus berjama'ah dan apabila tidak berjama'ah
belumlah dikatakan muslim, dan setiap jama'ah harus ada pemimpin yang wajib
dita'ati. Dia sudah tidak mau mengakui kitab2 yang dibuat oleh ulama-ulama
terdahulu serta tidak mengakui imam 4 mazhab. kami mohon petunjuk untuk dapat
mengajak dia untuk kembali dari ajaran yang dia terima.
-------------
Jawab:
-------------
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa
ba’d.
Tanpa harus menyebutkan nama kelompoknya, kendala paling
besar dalam doktrin kelompok sesat yang sering kita dapati di negeri kita
adalah indoktrinasi yang betul-betul membuat orang-orang awam menjadi sesat.
Sebab doktrin ajaran ini –sebagaimana ciri ajaran sesat lainnya- adalah
menafikan kebenaran dari manapun kecuali hanya dari kelompok mereka saja.
Jadi kalau mereka didoktrin untuk mengingkari mazhab fiqih,
mazhab aqidah, bahkan kalau pun disuruh untuk mengkafirkan siapa saja selain
kelompok mereka, pastilah mereka lakukan. Termasuk tidak mau shalat di belakang
orang yang bukan dari kelompok mereka.
Sebab dalam doktrin dasarnya, kebenaran hanya ada pada imam
semata. Apapun yang tidak sesuai dengan pendapat imam, pastilah dianggap salah
dan sesat. Siapapun orang atau apapun hujjah yang ada di depannya, pastilah
ditolak mentah-mentah tanpa pernah mau meneliti nilai-nilai kebenaran yang ada
di dalamnya. Sebab doktrin dasrnya adalah tidak ada kebenaran kecuali apa yang
keluar dari mulut imam.
Pertanyaannya adalah : Bagaimana mungkin sebuah kelompok bisa
sampai sejauh itu dalam mengindoktrinasi jamaahnya? Bahkan terkadang sampai
rela memutuskan hubungan dengan orang tua dan saudara? Atau termasuk juga
menganggap siapa pun yang tidak ikut kelompoknya sebagai orang kafir.
Bagaimanakah proses semua itu?
Jawabnya ternyata sederhana saja. Bila kita teliti lebih
jauh, ternyata tak satu pun dari orang-orang yang digarap secara khusus itu
yang sejak awal sudah punya dasar aqidah yang baik. Kebanyakan mereka adalah
orang awam yang tidak punya latar belakang pendidikan agama yang benar.
Tiba-tiba secara intensif didoktrin dan disampaikan berbagai argumen yang
membuat mereka tidak bisa berkutik. Dan dikesankan bahwa seolah-olah mereka
yang ikut mendoktrin itu adalah ulama besar yang hafal quran hadits luar kepala
berikut tafsir dan maknanya.
Apalagi ditambah dengan argumen-argumen lainnya yang
dihujamkan sedemikian rupa sehingga membuat seorang calon anggota yang awam
dengan aqidah Islam dan pengertian tentang syariah menjadi tidak punya pilihan
lain. Bila calon anggota ini sudah mulai terpengaruh, maka untuk menyempurnakan
kesetiannya, dilakukanlah bai’at yang berfungsi untuk mengikat. Lalu
diberlakukan beragam aturan bai’at yang intinya merupakan ancaman bila
berkhianat atas nilai-nilai yang sudah ditanamkan.
Yang paling populer adalah pemelintiran makna hadits tentang
hukum orang keluar dari jamaah. Dengan bekal hadits itu, siapapun yang sudah
berbai’at akan dianggap kafir dan keluar dari agama bila tidak setuju dengan
doktrin-doktrin sang imam. Sehingga tidak ada upaya untuk mengkritisi ‘firman’
sang imam, sebab posisinya tidak jauh berbeda dengan tuhan tanpa disadari.
Cara agar bisa menyadarkan seseorang yang sudah terlanjur
ikut dalam kelompok semacam itu bisa bermacam-macam. Intinya adalah bagaimana
mengembalikan kesadaran bahwa posisi imam mereka tidak absolut. Bahkan imam itu
manusia juga yang bisa salah dan bisa benar. Kalau ada manusia mengaku tidak
pernah salah, maka sebenarnya dia telah mengaku sebagai nabi. Sebab nabi memang
ma`shum yang tidak pernah salah.
Ciri kelompok ini adalah tidak pernah mau diajak debat dan
adu argumen secara terbuka, manakala yang lawannya dianggap orang yang punya
pemahaman aqidah dan kedalaman ilmu ajaan Islam yang kuat. Debat dan adu
argumen hanya berani mereka lakukan kepada calon korban yang teramat awam untuk
didoktrin. Berbagai tantangan debat publik dari sekian tokoh ulama tak pernah
dijawab. Sebab sebenarnya kelompok itu tahu kalau argumennya pasti bisa
dijatuhkan dengan mudah. Dan wibawanya di depan pengikutnya pasti rontok dengan
sendirinya. Bisa dikatakan tokohnya sebenarnya adalah jago kadang yang nyaring
berbunyi hanya bila di kandangnya saja.
Cara lain adalah menghubungi orang-orang yang sudah sadar
dan tobat dari kelompok ini. Sebab mereka yang sudah tobat itu pastilah lebih
tahu seluk beluk kelompok ini. Dan mereka dengan bebas bisa menelanjangi
kebobrokan kelompok ini dengan mudahnya.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar