Senin, 14 Januari 2013

Adik Saya Ikut Jamaah Yang Meresahkan

------------
Assalamu'alaikum
Adik saya sejak setahun ini ikut jama'ah X. Sikapnya sungguh sangat meresahkan keluarga. Banyak tindakannya yang mengundang pertentangan. Dia menyatakan bahwa semua muslim harus berjama'ah dan apabila tidak berjama'ah belumlah dikatakan muslim, dan setiap jama'ah harus ada pemimpin yang wajib dita'ati. Dia sudah tidak mau mengakui kitab2 yang dibuat oleh ulama-ulama terdahulu serta tidak mengakui imam 4 mazhab. kami mohon petunjuk untuk dapat mengajak dia untuk kembali dari ajaran yang dia terima.
-------------
Jawab:
-------------
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba’d.

Tanpa harus menyebutkan nama kelompoknya, kendala paling besar dalam doktrin kelompok sesat yang sering kita dapati di negeri kita adalah indoktrinasi yang betul-betul membuat orang-orang awam menjadi sesat. Sebab doktrin ajaran ini –sebagaimana ciri ajaran sesat lainnya- adalah menafikan kebenaran dari manapun kecuali hanya dari kelompok mereka saja.

Jadi kalau mereka didoktrin untuk mengingkari mazhab fiqih, mazhab aqidah, bahkan kalau pun disuruh untuk mengkafirkan siapa saja selain kelompok mereka, pastilah mereka lakukan. Termasuk tidak mau shalat di belakang orang yang bukan dari kelompok mereka.

Sebab dalam doktrin dasarnya, kebenaran hanya ada pada imam semata. Apapun yang tidak sesuai dengan pendapat imam, pastilah dianggap salah dan sesat. Siapapun orang atau apapun hujjah yang ada di depannya, pastilah ditolak mentah-mentah tanpa pernah mau meneliti nilai-nilai kebenaran yang ada di dalamnya. Sebab doktrin dasrnya adalah tidak ada kebenaran kecuali apa yang keluar dari mulut imam.

Pertanyaannya adalah : Bagaimana mungkin sebuah kelompok bisa sampai sejauh itu dalam mengindoktrinasi jamaahnya? Bahkan terkadang sampai rela memutuskan hubungan dengan orang tua dan saudara? Atau termasuk juga menganggap siapa pun yang tidak ikut kelompoknya sebagai orang kafir. Bagaimanakah proses semua itu?

Jawabnya ternyata sederhana saja. Bila kita teliti lebih jauh, ternyata tak satu pun dari orang-orang yang digarap secara khusus itu yang sejak awal sudah punya dasar aqidah yang baik. Kebanyakan mereka adalah orang awam yang tidak punya latar belakang pendidikan agama yang benar. Tiba-tiba secara intensif didoktrin dan disampaikan berbagai argumen yang membuat mereka tidak bisa berkutik. Dan dikesankan bahwa seolah-olah mereka yang ikut mendoktrin itu adalah ulama besar yang hafal quran hadits luar kepala berikut tafsir dan maknanya.

Apalagi ditambah dengan argumen-argumen lainnya yang dihujamkan sedemikian rupa sehingga membuat seorang calon anggota yang awam dengan aqidah Islam dan pengertian tentang syariah menjadi tidak punya pilihan lain. Bila calon anggota ini sudah mulai terpengaruh, maka untuk menyempurnakan kesetiannya, dilakukanlah bai’at yang berfungsi untuk mengikat. Lalu diberlakukan beragam aturan bai’at yang intinya merupakan ancaman bila berkhianat atas nilai-nilai yang sudah ditanamkan.

Yang paling populer adalah pemelintiran makna hadits tentang hukum orang keluar dari jamaah. Dengan bekal hadits itu, siapapun yang sudah berbai’at akan dianggap kafir dan keluar dari agama bila tidak setuju dengan doktrin-doktrin sang imam. Sehingga tidak ada upaya untuk mengkritisi ‘firman’ sang imam, sebab posisinya tidak jauh berbeda dengan tuhan tanpa disadari.

Cara agar bisa menyadarkan seseorang yang sudah terlanjur ikut dalam kelompok semacam itu bisa bermacam-macam. Intinya adalah bagaimana mengembalikan kesadaran bahwa posisi imam mereka tidak absolut. Bahkan imam itu manusia juga yang bisa salah dan bisa benar. Kalau ada manusia mengaku tidak pernah salah, maka sebenarnya dia telah mengaku sebagai nabi. Sebab nabi memang ma`shum yang tidak pernah salah.

Ciri kelompok ini adalah tidak pernah mau diajak debat dan adu argumen secara terbuka, manakala yang lawannya dianggap orang yang punya pemahaman aqidah dan kedalaman ilmu ajaan Islam yang kuat. Debat dan adu argumen hanya berani mereka lakukan kepada calon korban yang teramat awam untuk didoktrin. Berbagai tantangan debat publik dari sekian tokoh ulama tak pernah dijawab. Sebab sebenarnya kelompok itu tahu kalau argumennya pasti bisa dijatuhkan dengan mudah. Dan wibawanya di depan pengikutnya pasti rontok dengan sendirinya. Bisa dikatakan tokohnya sebenarnya adalah jago kadang yang nyaring berbunyi hanya bila di kandangnya saja.

Cara lain adalah menghubungi orang-orang yang sudah sadar dan tobat dari kelompok ini. Sebab mereka yang sudah tobat itu pastilah lebih tahu seluk beluk kelompok ini. Dan mereka dengan bebas bisa menelanjangi kebobrokan kelompok ini dengan mudahnya.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar