Senin, 06 Mei 2013

The Power of Takwa

Agama telah mewajibkan kepada pemeluknya yang beriman untuk berpuasa di bulan Ramadlan. Puasa ini pada dasarnya telah diwajibkan kepada umat sebelum umat Nabi Muhammad Saw. Begitu besar efeknya terhadap tubuh kita baik jiwa maupun raga untuk menjadi insane kamil. Seseorang akan menjadi sehat dengan berpuasa karena dengan mengosongkan isi lambung selama sehari didukung dengan pengendalian otak saat lapar itu berarti memberi kesempatan mesin penggiling makanan yang kita miliki ini untuk beristirahat. Namun, bukan hal itu yang akan saya bahas dalam tulisan singkat ini akan tetapi saya lebih menitik beratkan pada aspek emosional dan spiritual sebagai kesempurnaan holistic.



Aspek spiritual yang saya maksud di sini adalah keimanan dan ketakwaan. Ada sebuah makna yang ditekankan dari aktifitas fisik tersebut, yakni bahwa aktifitas fisik itu senantiasa melibatkan fungsi kerja otak yang akan meningkatkan pengaruh aspek emosional dan spiritual. Semua aktifitas dikendalikan oleh otak berupa intelekttual, emosional, spiritual, maupun fisikal. Ketika satu titik dapat dikendalikan, maka hal itu akan mempengaruhi fungsi otak yang lain. Begitulah ketika nafsu makan kita dikendalikan, maka hawa nafsu yang lain pun akan mudah diatur dan ditata. Sehingga, nutrisi-nutrisi otak pun dapat terdistribusi ke titik-titik yang lain secara ilmiah dimana mampu meningkatkan aktifitas berfikir, bernalar, dan beraktifitas fisik maupun emosi.



Selain itu, ada aktifitas-aktifitas dimana hal itu dapat bermanfaat untuk menata dan mengatur fungsi kerja otak agar senantasa seimbang antara intelektual, emosional, dan spiritual. Terjadi kesinambungan dan sinergitas antara ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hal tersebut didapat melalui cara konsentrasi atau bahkan meditasi. Dengan pemusatan pikiran otak akan tenang dan selalu bersiap siaga menghadapi segala kondisi yang akan menghadang. Konsentrasi pada suatu hal dapat mengatur segala banyak point aktifitas di otak kita. Karenanya, ketika seseorang telah melakukan konsentrasi maka ia telah berada kondisi zero. Sebuah kondisi yang tenang yang dapat dimulai dengan aktifitas apapun. Sebuah keadaan dimana tidak terjadi keruwetan dan kemacetan dalam otak kita untuk beraktifitas, sekaligus sebagai masa istirahat bagi otak kita dari aktitifitas fisik maupun psikis setiap hari.



Itulah yang saya maksudkan ketenangan sebagai ketakwaan. Yang artinya adalah tingkat keimanan atau kepercayaan kepada Allah yang paling mulia. Itulah keadaan yang kondisi jiwa senantiasa tenang dengan dalam konsentrasi kepasrahan kepada Tuhan. Demikianlah yang disebut sebagai terjadi sinergitas antara aktifitas di pusat kendali manusia, tidak terjadi keruwetan dan kemacetan dalam penghantaran listrik. Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu tenang dengan keadaan apapun, tak pernah ditempa rasa takut dengan sesuatu pun karena hanya Allah yang selayaknya ditakuti. Tak pernah sedih dengan segala sesuatu yang menyakitkan karena sadar bahwa segala sesuatu merupakan kehendak dan kekuasaan Allah, Dialah pemilik alam semesta ini.



Sebuah proses yang dapat ditempuh untuk mencapai derajat takwa bisa melalui puasa sebagaimana saya bahas dalam pembahasan di atas. Oleh karenanya dalam agama menganjurkan untuk senantiasa ingat kepada Allah Swt, baik melalui lafadz dzikir kepada-Nya, sholat dengan khusyu’, puasa dengan ikhlas, maupun bermuamalah yang adil. Derajat ketenangan yang paling mulia adalah tatkala mengingat-Nya.



Ada feedback eksternal yang akan mendekati kita tatkala kita tercebur dalam keadaan takwa, antara lain : dilepaskan dari kesusahan hidup, diberikan limpahan rezki yang barakah, dibukakan pintu-pintu peluang kebaikan, dihindarkan dari tipu daya musuh, dan diberikan ilmu yang bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar